Cari Blog Ini

Minggu, 20 Mei 2012

DINASTI UMAYAH I


PERADABAN ISLAM MASA MUAWIAYAH TIMUR


A. PENDAHULUAN
 Bani Umayah Timur yang dimaksud adalah sebuah dinasti yang didirikan oleh keturunan Umayah atas rintisan Muawiyah yang berpusat di Damaskus. Daulah Umayah Timur merupakan fase ketiga kekuasaan Islam yang berlangsung selama kurang lebih satu abad ( 661-750 ). Ciri menonjol yang ditampilkan dinasti ini antara lain pemindahan ibukota kekuasaan Islam dari Madinah ke Damaskus, kepemimpinan dikuasai militer Arab dari lapisan bangsawan, dan ekspansi kekuasaan Islam yang lebih meluas yaitu terbentang dari Spanyol, Afrika Utara, Afrika Timur, Afrika Tengah, sampai ke perbatasan Tiongkok.
Dinasti Umayah dalam keberhasilannya melakukan ekspansi kekuasaan Islam jauh lebih besar daripada imperium Roma pada puncak kebesarannya. Keberhasilan ini diikuti pula oleh keberhasilan perjuangan bagi penyebaran syariat Islam, baik dalam bidang keagamaan maupun politik dan ekonomi. Umayah Timur berhasil pula mengembangkan aspek-aspek peradaban Islam yang sangat besar konstribusinya bagi Islam pada masa selanjutnya.
Bagaimanakah sistem pemerintahan Islam yang diletakkan oleh para penguasa Muawiyah ini berpengaruh terhadap kemajuan Islam?

B.  PEMBAHASAN
1.Kelahiran Bani Umayah
Sebutan daulah Umayah berasal dari nama “ Umayah Ibn ‘Abdi Syam Ibn Abdi Manaf”. Umayah baru masuk Islam setelah Rosululloh berhasil menaklukan kota Mekah ( Fathul Makkah ). Sepeninggalan Rosululloh, Bani Umayah sesungguhnya telah menginginkan jabatan khalifah tetapi mereka belum berani menampakkan cita-citanya pada masa Abu Bakar dan Umar. Setelah Umar meninggal, Umayah secara terang-terangan menyokong pencalonan Usman hingga akhinya Usman terpilih. Sejak saat itulah Umayah meletakkan dasar-dasar untuk menegakkan khalifah Umayah pada masa khalifah Usman. Muawiyah mencurahkan segala tenaganya untuk memperkuat diri dan menyiapkan daerah Syam sebagai pusat kekuasaannya di kemudian hari[1].
Ketika khalifah Ali bin Abi Tholib naik menggantikan khalifah Usman, Muawiyah selaku gubernur Syam membentuk partai yang kuat dan menolak untuk memenuhi perintah-perintah Ali. Dia mendesak untuk membalas kematian Usman atau kalau tidak dia akan menyerang kedudukannya. Desakan Muawiyah tertumpah pada perang Siffin. Dalam pertempuran ini Muawiyah hampir kalah. Namun, Amr Bin ‘As menasihati Muawiyah agar pasukannya mengangkat mushaf-mushaf Al-Qur’an diujung lembing-lembing mereka sebagai tanda perdamaian. Ali juga menasihatkan pasukannya untuk tidak tertipu dan meneruskan peperangan sampai akhir,tetapi malah terjadi perpecahan diantara mereka. Akhirnya Ali terpaksa menghentikan perang dan berjanji menerima tafkhim[2]. Peristiwa tafkhim yang justru merugikan Ali mengakibatkan banyak pengikut Ali yang ingkar.
Oleh karena itu umat Islam terbagi menjadi tiga golongan, yaitu :
1.   Bani Umayah dipimpin oleh Muawiyah
2.   Syi’ah atau pendukung Ali
3.   Khawrij yang menjadi penetang kedua partai
Dengan demikian berdirinya Daulah Bani Umayah bukan berdasarkan hasil musyawarah dan demokrasi.
2.Perkembangan Bani Umayah
Pemindahan kekuasaan kepada Muawiyah mengakhiri bentuk demokrasi kekhalifahan menjadi monarchi heredetis. Daulah Umayah berlangsung selama 91 tahun dan diperintah oleh 14 orang khalifah.Mereka adalah Muawiyah, Yazid,  Muawiyah II, Marwan I,Abdul Malik, Walid I, Umar II, Yazid II, Hisyam, Walid II, Yazid III, Ibrahim, dan Marwan II. Khalifah pertama yang memimpin Umayah adalah Muawiyah. Pada masa Muawiyah mulai diadakan perubahan-perubahan administrasi pemerintahan. Selain itu dibentuk pula dewan sekretaris negara untuk mengurus berbagai urusan pemerintahan. Untuk mengurus administrasi pemerintahan di daerah diangkat seorang amir al umara yang membawahi beberapa amir sebagai penguasa satu wilayah. Menurut K. Ali, Muawiyah membagi dua kelompok dewan syuro yaitu syuro khas ( pusat ) dan majlis syuro sementara (ad hoc ).
Pada masa Abdul Malik bin Marwan, jalannya pemerintahan ditentukan oleh 4 departemen pokok, yaitu :
1.     Kementrian pajak tanah (diwan al-kharaj ) yang tugasnya mengawasi departemen keuangan.
2.     Kementrian khatam ( diwan al-khatam ) yang tugasnya merancang dan mengesahkan ordonasi pemerintah.
3.     Kementrian surat menyurat ( diwan al-rasail ) dipercaya untuk mengontrol permasalahan di daerah-daerah dan semua komunikasi dari gubernur-gubernur
4.     Kementrian urusan perpajakan ( diwan al-mustagallat ).
Bahasa administrasi yang bersal dari bahasa Yunani dan Persia diubah ke dalam bahasa Arab dimulai oleh Abdul Malik pada tahun 85 H/704 M.
Umayah juga melakukan upaya-upaya perluasan wilayah kekuasan. Pada masa Muawiyah daerah kekuasaan meluas sampai ke Byzantium. Angkatan laut Umayah yang berjumlah 1.700 kapal perang dapat menundukan Rhodes dan pulau-pulau lain di Yunani. Pada tahun 48/688 Muawiyah merencanakan penyerangan laut dan darat ke Konstantinopel. Tetapi gagal setelah kehilangan banyak pasukan dan kapal perang mereka. Ekspansi ke barat dan ke timur mencapai keberhasilan yang gemilang pada masa Walid 1. Selama pemerintahannya, terdapat tiga orang pimpinan pasukan terkemuka sebagai penakluk, yaitu : Qutaybah ibn Muslim, Muhammad ibn al-Qasim, dan Musa ibn Nashir.
Umat Islam memperoleh kemenangan yang sangat luas dalam hal ekspansi wilayah. Hal ini menjadikan orang-orang Arab bertempat tinggal di daerah-daerah yang telah dikalahkan bahkan mereka menjadi tuan tanah. Prinsip keuangan negara yang diberlakukan mengikuti apa yang ada pada masa khulafaur rasyidin yaitu penetapan pajak tanah dan pajak perorangan untuk setiap individu penghuni daerah-daerah yang telah dikalahkan.
Pada masa Daulah Umayah terjadi homogenitas masyarakat. Mereka dibedakan menjadi orang-orang muslim dan nonmuslim. Homogenitas masyarakat yang ada menimbulkan ambisi para khalifah untuk mempersatukan masyarakat dengan politik Arabisme. Usahu-usaha yang dilakukan kearah Arabisme antaralain anak-anak Arab yang lahir di daerah-daerah penaklukan diwajibkan membuat akte kelahiran pada kantor catatan kelahiran masyarakat Arab agar keaslian mereka terjaga. Semua penduduk daerah Islam diwajibkan berbahasa Arab, dan segala peraturan negara yang berbahasa Romawi atau Persia harus disalin ke dalam bahasa Arab. Mulai saat itu bahasa Arab menjadi bahas resmi Daulah Umayah. Selain itu, Umayah juga membangun angkatan militer yang terdiri dari angkatan darat (al-jund), angkatan laut (al-bahriyah), dan angkatan kepolisian (as-syurtah). Angkatan bersenjata ini terdiri dari orang-orang Arab.
Seni bangunan (arsitektur) pada masa Umayah bertumpu pada bangunan sipil berupa kota-kota dan bangunan agama berupa masjid-masjid. Beberapa kota baru atau perbaikan kota lama telah dilakukan pada zaman Umayah yang diiringi pembangunan berbagai gedung dengan gaya perpaduan Persia, Romawi, dan Arab dengan dijiwai semangat Islam. Damaskus yang pada masa sebelum Islam merupakan ibukota kerajan Romawi timur di Syam dibangun kembali pada masa Umayah dan dijadikan ibukota daulah ini.
Setelah Daulah Umayah berhasil menguasai wilayah yang cukup luas maka lalu lintas perdagangan  mendapat jaminan yang layak. Selain perdagangan, kerajian juga sudah mendapat perhatian. Pada masa Khalifah Abdul Malik sudah mulai dirintis pembuatan tiraz, yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian khalifah dan para pembesar kerajaan. Adanya lukisan dalam istana merupakan langkah baru dikalangan bangsawan Arab.
3.Kejayaan Bani Umayah
Kejayanan Bani Umayah dimulai pada masa pemerintahan Abdul Malik. Dia dianggap sebagai pendiri Daulah Umayah yang kedua karena mampu mencegah disintegrasi yang telah terjadi sejak masa Marwan. Abdul Malik berhasil menyempurnakan administrasi Bani Umayah. Ia juga mengadakan berbagai pembaruan, diantaranya penetapan bahasa negara yaitu bahasa Arab, mencetak mata uang Arab dengan nama dinar, dirham, dan fals, mendirikan kas negara, menggunakan tanda titik dan koma untuk yang pertama kalinya, serta memperbarui qawa’id yang sudah dimulai sejak zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib.[3]
Masa penggantinya, Walid 1 merupakan periode kemenangan, kemakmuran, dan kejayaan. Negara Islam meluas ke barat ke timur, beban hidup masyarakat mulai ringan, pembangunan gedung-gedung umum mendapat perhatian yang serius. Untuk mengkaji Al-Qur’an dan hadist dibangun pusat-pusat kajian Islam di Mekah, Madinah, Basra, Kufah,dan tempat-tempat lain.
4.Keruntuhan Bani Umayah
Kejayaan Bani Umayah berakhir pada masa pemerintahan Umar ibn Abdul Aziz ( Umar II ) . Dia terpelajar dan taat beragama. Dia juga merupakan pelopor penyebaran agama Islam. Beberapa sejarawan mengatakan pemerintahannya termasyhur seperti pemerintahan ortodoks, yaitu pada masa pemerintahan Abu Bakar dan Umar. Akan tetapi pemerintahannya hanya bertahan selama 2 tahun 5 bulan.
Sepeninggalan Umar II kekhalifahan mulai melemah dan akhirnya hancur. Para khalifah pengganti Umar II selalu mengorbankan kepentingan umum untuk kesenangan pribadi. Saat Umar II berkuasa dengan kebijakan yang lunak dan bersahabat, baik Khawarij maupun Syi’ah tidak ada yang memusuhinya karena kesalehan dan keadilan yang diterapkan oleh Umar II. Kelonggaran kebijakan polotik ini dimanfaatkan oleh Bani Abbasiyah. Mereka keluar dari bawah tanah dan berkomunikasi sesama anggota gerakan Abbasiyah maupun dengan Syi’ah dan Khawarij yang sejak kelahiran Umayah tidak pernah mengakui sebagai khalifah atau kekuatan politik yang sah dan islami. Setelah Umar II wafat mereka segera melancarkan permusuhan dengan Dinasti Umayah. Hingga akhirnya terjadi pertempuran diantara keduanya. Pertempuran terakhir terjadi pada tahun 750 M yang terjadi di Irak. Tidak lama kemudian Damaskus jatuh ketangan kekuasaan Bani Abbasiyah.
5. Fakto-Faktor Penyebab Keruntuhan Bani Umayah
Berikut ini adalah beberapa alasan mendasar mengenai kehancuran Dinasti Umayah. Kekuasaan wilayah yang sangat luas pada waktu yang sangat singkat tidak berbanding lurus dengan komunikasi yang baik, menyebabkan kadang-kadang situasi keamanan  dan kejadian-kejadiannya tidak segera diketahui oleh pusat. Akibat komunikasi yang buruk maka sulit untuk mendeteksi gerak-gerik lawan politik Umayah.
Kelemahan khalifah juga menjadi penyebab keruntuhan Umayah. Dari 14 khalifah hanya beberapa saja yang memiliki kedudukan kuat, cakap, dan pandai mengendalikan negara. Sebagai contoh setelah wafatnya Umar II, putera Abdul Malik, yazid II naik tahta yang sangat mencintai seorang penari dan suka minum-minuman keras yang berlebihan.
Islam yang dibawa oleh nabi sebagai perdamaian dunia, pada zaman Umayah justru dijadikan alat dan simbol politik. Hal ini menyebabkan selalu muncul konflik antargolongan. Para wazir dan panglima sudah mulai korup dan mengendalikan negara. Khalifah-khalifah lemah menjadi permainan mereka. Perselisihan antara putera mahkota serta perselisiahn diantara gubernur juga menjadi sebab-sebab lain yang membawa Daulah Umayah keambang kehancuran.

C. PENUTUP
   Demikian kekuasaan Islam dalam kepemimpinan Bani Umayah di Timur. Meskipun berlangsung dalam pembentukan monarchi Arab dengan mengandalkan panglima-panglima Arab lapisan aristrokrasi yang sesungguhnya berlawanan dengan kebijaksanaan Nabi dan para khalifah sebelumnya, bagaimanapun ia telah memperkenalkan dan memperkembangkan lembaga-lembaga istimewa dari pemerintahan Islam. Hal demikian didukung pula oleh sumbangan para khalifahnya terhadap pembentukan dan pengembangan peradaban Islam, sekalipun belum cukup sebanding dengan kegiatan kebudayaan yang dibangun oleh pemerintahan Islam sesudahnya, Daulah Abbasiyah, yang berhasil mengembangkan kebudayaan terbesar dalam perkembangan peradaban Islam itu. Hal ini barangkali karena selama pemerintahan Umayah seringkali dilanda konflik-konflik internal umat Islam yang muncul dari akibat perselisiahan politik antargolongan umat Islam sendiri.






DAFTAR PUSTAKA


Maryam, Siti. 2002. Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta : Lesfi
Karim, M abdul. 2007. Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam. Yogyakarta : Pustaka Book Publisher 


[1] Ahmad Syalabi, Sejarah Peradaban Islam,1 terj. Muchtar Yahya, (Jakarta : Pustaka al-Husna,1983),hlm 27
[2] Siti Maryam,Sejarah Peradaban Islam(Yogyakarta : Lesfi) 2002, hlm 80
[3] M Adbul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (yogyakarta:Pustaka Book Publisher 2007), hlm 119

Senin, 14 Mei 2012

Sketsa mendung             
Segumpal rona hitam
Menggelayut menutupi bianglala
Sketsa mendung menghiasi cakrawala
Namun...
Seketika pecah, buyar...
Berganti dengan simpul senyum
Yang menghangatkan setiap insan
                Engkau hilang diterpa halauan angin
                Hilang entah kemana
                Hanya segelintir yang tersisa
                Di atas puncak merapi
                Bak sebuah mahkota puteri
Menyingkir dari dunia fana
Tak sisakan smapah hitam
Bawakan pesan keceriaan
Untuk semua yang berakal
                Sketsa mendung .....
Telah berganti cinta...


                                                                Zee L





Doa untuk bunga
Serangkaian kata mengalir dalam sepi
Bersama kelopak menadah hujan
Antarkan seribu keinginan
Angin surga terbangkan pujian
Menghadap kehadirat-Mu ya Rabb..
Diiringi tetesan embun permata hitam
                Panjatkan seribu harapan
                Untuk sang bunga
                Gugur dalam kesepian
                Tinggalkan lara dan duka
                Tergores dalam guratan kalbu
Wahai bunga nan mulia
Berjuta doa hantarkan kepergianmu
Meniti langkah kerajaan agung
Di sisi yang Maha Mulia


Minggu, 13 Mei 2012

UNI EMIRAT ARAB DAN QATAR



BAB I.
PENDAHULUAN
Agama Islam yang terus bekembang meluas hingga ke wilayah teluk Persia.dari masa awal kedatangan Islam mendapat berbagai macam sambutan dari masyarakat. Dengan berjalannya waktu, Islam mulai berhubungan dan bersinggungan dengan dunia luar terutama bangsa-bangsa barat.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai awal mula masuknya Islam di wilayah Teluk Persia khususnya Uni Emirat Arab dan Qatar, perkembangan Islam hingga masa Islam setelah bersinggungan dengan bangsa barat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. UNI EMIRAT ARAB
1. Kondisi Pra-Islam
Uni Emirat Arab adalah sebuah federasi yang terletak di sebelah tenggara dari semenanjung Arab, Teluk Persia, yang berbatasan dengan Oman dan Arab Saudi. Uni Emirat Arab terdiri dari tujuh negara kecil yaitu Abu Dhabi, Dubai, Sharjah, Ajman, Umm al Quwain, Ras al Khaimah, dan Fujairah. Ibukota Uni Emirat Arab adalah Abu Dhabi yang juga merupakan pusat kegiatan politik, industri, dan budaya.[1] Pada awalnya UEA adalah bagian dari Oman sehinga sejarahnya sangat terkait dengan sejarah Oman. Menurut Dr. Sayyid Naufal, seorang sejarawan dan pengamat sosial, wilayah UEA oleh orang Arab dahulu disebut pantai Oman dan merupakan salah satu dari tiga wilayah Oman yaitu Muskat, Oman, dan Pantai Oman.[2]

2. Perkembangan Islam
Penduduk pantai Oman masuk Islam bersamaan dengan penduduk Oman lain yaitu pada tahun 630 ketika Nabi Muhammad saw mengutus Amr bin Ash ke Oman untuk berdakwah. Pada waktu yang sama Nabi Muhammad saw membawa surat-surat dakwah kepada raja-raja di semenanjung Arabia. Islam terus berkembang di wilayah pantai Oman. Pada tahun 684 orang-orang khawarij menguasai Oman. Para khalifah Bani Umayah di Damaskus dan Abbasiyah di Baghdad tidak pernah dapat menguasai Oman secara penuh. Umat Islam negeri itu secara politik merdeka dari pusat pemerintahan Islam. Tahun 752-1507, Oman diperintah oleh imam-imam kelompok al-Ibadiyah yaitu cabang dari kelompok khawarij yang menjadi pengikut Abdullah bin Ibad al-Murri at-Tammimi, seorang tokoh khawarij. Pada tahun 1624-1741 wilayah Oman diperintah oleh imam dari Dinasti Ya'ribah dan sejak 1741 hingga kini diperintah oleh Dinasti Al-Bu Sa'id.
Sejak Dinasti Al-Bu Sa'id berkuasa penduduk pantai Oamn memisahkan diri. Rahmat bin Mathar, pemimpin Bani Qawasim menyatakan kemerdekaan negeri itu pada tahun 1741. Kemerdekaan itu diakui oleh Ahmad bin Sa'id, pendiri Dinasti Al-Bu Sa'id. Rahmat menjadikan Rah al-Khaymah sebagai pusat pemerintahannya atas Teluk Persia. Daerah daratan dikuasai oleh Al-Bu Falah dari Bani Yas dan memiliki pusat pemerintahan di Abu Dhabi. Dalam perkembangan berikutnya, di Pantai Oman berdiri tujuh pemerintahan emir yaitu Abu Dhabi, Dubai, Ash-Syariqah,Ajman, Umm al-Qawain,Ras al-khammah, dan Fuyayrah.
Walaupun Pantai Oamn berabad-abad dikuasai oleh imam-imam khawarij, namun penduduknya tidak terpengaruh denagn paham-paham khawarij. Mereka teatp menganutu Islam Suni hingga berdirinya Uni Emirat Arab. Hali ini disebabkan oleh pemerintahan khawarij yang memberikan kebebasan dan tidak memaksakan pham khawarij terhadap penduduk pantai Oman. Para pemuka Oman mengakui bahwa Islam telah mampu mempersatukan suku-suku Oman dibawah panji-panji Islam. Hal itu tampak sekarang dalam sistem sosial dan politik, baik di Oman maupun Pantai Oman ( UEA ) yang memberlakukan syariat Islam dalam peradilan.[3]

3 Masuknya Bangsa Barat
Inggris pertama kali datang ke daerah Teluk Persia pada awal abad 17. Mereka datang sebagai pedagang dan mendirikan sebuah persatuan dagang India Timur. Kehadiran militer dan politik Inggris mendapat perlawanan dari Bani Qawasim pada awal abad 19.[4] Pada tahun 1820, negara-negara di Teluk Persia menandatangani perjanjian damai dengan pihak Inggris yang membuat mereka dibawah protektorat Inggris.
Setelah penarikan Inggris pada tahun1971 negara-negara kecil yang berada dibawah Inggris membentuk negara yang disebut dengan Uni Emirat Arab. Otoritas Uni Emirat Arab selanjutnya memberhentikan kekuasaan militer dan menguasai penghasilan minyak.[5]
Sedangkan dalam versi lain ada pula yang menyebutkan Inggris menyerang wilayah emirat Ras Al-Khammah pada tahun 1805. Pada tahun 1920 dibuat piagam perjanjian antara para emir dan Inggris. Tahun 1935 dibuat pula naskah kerja sama antara emir dan Inggris. Tahun 1971 semua emirat memperoleh kemerdekaannya. Pada tanggal 2 Desember 1971, enam emirat membentuk federasi yang disebut dengan Uni Emirat Arab. Pada tahun 1972, Ras al-khammah bergabung dalam federasi tersebut.[6]

4. Hasil Budaya
Uni Emirat Arab merupakan salah satu negara penghasil minyak terbesar di dunia. Setelah merdeka dari Inggris, Uni Emirat Arab membentuk aparat administrasi di bidang finansial, perdial, kepolisian, dan jabatan dalam pemerintahan. Di samping itu juga terdapat sebuah majlis, kabinet, dan pasukan pertahanan federal.[7] Kota Dubai merupakan kota terbesar yang menjadi aktivitas politik dan kebudayaan masyarakat UEA.
Beberapa kebudayaan yang dihaslikan yaitu :
  1. Masjid syekh Zayed di Abu Dhabi yang merupakn salah satu masjid terbesar di dunia.
  2. Museum klasik Louvre Abu Dhabi
  3. Museum maritim dan taman Biennale dengan 16 paviliun
  4. Museum Khunsthal untuk galeri da seniman
  5. Berbagai seni tari dan kebudayaan daerah[8].




[1]www.wikipedia.com
[2] Ensiklopedi Islam 5, ( Jakarta:PT Ichtiar Baru Van Hoeve), hlm:139
[3] Ibid,hlm 139
[4] Muh. Morsy Abdullah, The United Arab Emirates:a Modern History (
[5] Siti Maryam, Sejarah Peradaban Islam ( Yogyakarta: LESFI), hlm: 308-309
[6] Ensiklopedi Islam 5, (Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Hoeve), hlm 140
[7] Siti Maryam, Sejarah Perdaban Islam, ( Yogyakarta : LESFI ), hlm 309
[8] www.wikipedia.com