PERADABAN ISLAM MASA MUAWIAYAH TIMUR
A. PENDAHULUAN
Bani Umayah
Timur yang dimaksud adalah sebuah dinasti yang didirikan oleh keturunan Umayah
atas rintisan Muawiyah yang berpusat di Damaskus. Daulah Umayah Timur merupakan
fase ketiga kekuasaan Islam yang berlangsung selama kurang lebih satu abad (
661-750 ). Ciri menonjol yang ditampilkan dinasti ini antara lain pemindahan
ibukota kekuasaan Islam dari Madinah ke Damaskus, kepemimpinan dikuasai militer
Arab dari lapisan bangsawan, dan ekspansi kekuasaan Islam yang lebih meluas
yaitu terbentang dari Spanyol, Afrika Utara, Afrika Timur, Afrika Tengah, sampai
ke perbatasan Tiongkok.
Dinasti Umayah dalam keberhasilannya melakukan
ekspansi kekuasaan Islam jauh lebih besar daripada imperium Roma pada puncak
kebesarannya. Keberhasilan ini diikuti pula oleh keberhasilan perjuangan bagi
penyebaran syariat Islam, baik dalam bidang keagamaan maupun politik dan
ekonomi. Umayah Timur berhasil pula mengembangkan aspek-aspek peradaban Islam
yang sangat besar konstribusinya bagi Islam pada masa selanjutnya.
Bagaimanakah sistem pemerintahan Islam yang
diletakkan oleh para penguasa Muawiyah ini berpengaruh terhadap kemajuan Islam?
B. PEMBAHASAN
1.Kelahiran Bani Umayah
Sebutan daulah Umayah berasal dari nama “ Umayah Ibn
‘Abdi Syam Ibn Abdi Manaf”. Umayah baru masuk Islam setelah Rosululloh berhasil
menaklukan kota Mekah ( Fathul Makkah ). Sepeninggalan Rosululloh, Bani Umayah
sesungguhnya telah menginginkan jabatan khalifah tetapi mereka belum berani
menampakkan cita-citanya pada masa Abu Bakar dan Umar. Setelah Umar meninggal,
Umayah secara terang-terangan menyokong pencalonan Usman hingga akhinya Usman
terpilih. Sejak saat itulah Umayah meletakkan dasar-dasar untuk menegakkan
khalifah Umayah pada masa khalifah Usman. Muawiyah mencurahkan segala tenaganya
untuk memperkuat diri dan menyiapkan daerah Syam sebagai pusat kekuasaannya di
kemudian hari[1].
Ketika khalifah Ali bin Abi Tholib naik menggantikan
khalifah Usman, Muawiyah selaku gubernur Syam membentuk partai yang kuat dan
menolak untuk memenuhi perintah-perintah Ali. Dia mendesak untuk membalas
kematian Usman atau kalau tidak dia akan menyerang kedudukannya. Desakan
Muawiyah tertumpah pada perang Siffin. Dalam pertempuran ini Muawiyah hampir
kalah. Namun, Amr Bin ‘As menasihati Muawiyah agar pasukannya mengangkat
mushaf-mushaf Al-Qur’an diujung lembing-lembing mereka sebagai tanda
perdamaian. Ali juga menasihatkan pasukannya untuk tidak tertipu dan meneruskan
peperangan sampai akhir,tetapi malah terjadi perpecahan diantara mereka.
Akhirnya Ali terpaksa menghentikan perang dan berjanji menerima tafkhim[2].
Peristiwa tafkhim yang justru merugikan Ali mengakibatkan banyak
pengikut Ali yang ingkar.
Oleh karena itu umat Islam terbagi menjadi tiga
golongan, yaitu :
1. Bani
Umayah dipimpin oleh Muawiyah
2. Syi’ah
atau pendukung Ali
3. Khawrij
yang menjadi penetang kedua partai
Dengan demikian berdirinya Daulah Bani Umayah bukan
berdasarkan hasil musyawarah dan demokrasi.
2.Perkembangan Bani
Umayah
Pemindahan kekuasaan kepada Muawiyah mengakhiri
bentuk demokrasi kekhalifahan menjadi monarchi heredetis. Daulah Umayah
berlangsung selama 91 tahun dan diperintah oleh 14 orang khalifah.Mereka adalah
Muawiyah, Yazid, Muawiyah II, Marwan
I,Abdul Malik, Walid I, Umar II, Yazid II, Hisyam, Walid II, Yazid III,
Ibrahim, dan Marwan II. Khalifah pertama yang memimpin Umayah adalah Muawiyah. Pada
masa Muawiyah mulai diadakan perubahan-perubahan administrasi pemerintahan.
Selain itu dibentuk pula dewan sekretaris negara untuk mengurus berbagai urusan
pemerintahan. Untuk mengurus administrasi pemerintahan di daerah diangkat
seorang amir al umara yang membawahi beberapa amir sebagai penguasa satu
wilayah. Menurut K. Ali, Muawiyah membagi dua kelompok dewan syuro yaitu syuro
khas ( pusat ) dan majlis syuro sementara (ad hoc ).
Pada masa Abdul Malik bin Marwan, jalannya
pemerintahan ditentukan oleh 4 departemen pokok, yaitu :
1. Kementrian
pajak tanah (diwan al-kharaj ) yang tugasnya mengawasi departemen keuangan.
2. Kementrian
khatam ( diwan al-khatam ) yang tugasnya merancang dan mengesahkan ordonasi
pemerintah.
3. Kementrian
surat menyurat ( diwan al-rasail ) dipercaya untuk mengontrol permasalahan di
daerah-daerah dan semua komunikasi dari gubernur-gubernur
4. Kementrian
urusan perpajakan ( diwan al-mustagallat ).
Bahasa administrasi yang bersal dari bahasa Yunani dan
Persia diubah ke dalam bahasa Arab dimulai oleh Abdul Malik pada tahun 85 H/704
M.
Umayah juga melakukan upaya-upaya perluasan wilayah
kekuasan. Pada masa Muawiyah daerah kekuasaan meluas sampai ke Byzantium.
Angkatan laut Umayah yang berjumlah 1.700 kapal perang dapat menundukan Rhodes
dan pulau-pulau lain di Yunani. Pada tahun 48/688 Muawiyah merencanakan
penyerangan laut dan darat ke Konstantinopel. Tetapi gagal setelah kehilangan
banyak pasukan dan kapal perang mereka. Ekspansi ke barat dan ke timur mencapai
keberhasilan yang gemilang pada masa Walid 1. Selama pemerintahannya, terdapat
tiga orang pimpinan pasukan terkemuka sebagai penakluk, yaitu : Qutaybah ibn
Muslim, Muhammad ibn al-Qasim, dan Musa ibn Nashir.
Umat Islam memperoleh kemenangan yang sangat luas
dalam hal ekspansi wilayah. Hal ini menjadikan orang-orang Arab bertempat
tinggal di daerah-daerah yang telah dikalahkan bahkan mereka menjadi tuan
tanah. Prinsip keuangan negara yang diberlakukan mengikuti apa yang ada pada
masa khulafaur rasyidin yaitu penetapan pajak tanah dan pajak perorangan untuk
setiap individu penghuni daerah-daerah yang telah dikalahkan.
Pada masa Daulah Umayah terjadi homogenitas
masyarakat. Mereka dibedakan menjadi orang-orang muslim dan nonmuslim.
Homogenitas masyarakat yang ada menimbulkan ambisi para khalifah untuk
mempersatukan masyarakat dengan politik Arabisme. Usahu-usaha yang dilakukan
kearah Arabisme antaralain anak-anak Arab yang lahir di daerah-daerah
penaklukan diwajibkan membuat akte kelahiran pada kantor catatan kelahiran
masyarakat Arab agar keaslian mereka terjaga. Semua penduduk daerah Islam
diwajibkan berbahasa Arab, dan segala peraturan negara yang berbahasa Romawi
atau Persia harus disalin ke dalam bahasa Arab. Mulai saat itu bahasa Arab
menjadi bahas resmi Daulah Umayah. Selain itu, Umayah juga membangun angkatan
militer yang terdiri dari angkatan darat (al-jund), angkatan laut
(al-bahriyah), dan angkatan kepolisian (as-syurtah). Angkatan bersenjata ini
terdiri dari orang-orang Arab.
Seni bangunan (arsitektur) pada masa Umayah bertumpu
pada bangunan sipil berupa kota-kota dan bangunan agama berupa masjid-masjid.
Beberapa kota baru atau perbaikan kota lama telah dilakukan pada zaman Umayah
yang diiringi pembangunan berbagai gedung dengan gaya perpaduan Persia, Romawi,
dan Arab dengan dijiwai semangat Islam. Damaskus yang pada masa sebelum Islam
merupakan ibukota kerajan Romawi timur di Syam dibangun kembali pada masa
Umayah dan dijadikan ibukota daulah ini.
Setelah Daulah Umayah berhasil menguasai wilayah
yang cukup luas maka lalu lintas perdagangan
mendapat jaminan yang layak. Selain perdagangan, kerajian juga sudah
mendapat perhatian. Pada masa Khalifah Abdul Malik sudah mulai dirintis
pembuatan tiraz, yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian khalifah dan para
pembesar kerajaan. Adanya lukisan dalam istana merupakan langkah baru
dikalangan bangsawan Arab.
3.Kejayaan Bani Umayah
Kejayanan Bani Umayah dimulai pada masa pemerintahan
Abdul Malik. Dia dianggap sebagai pendiri Daulah Umayah yang kedua karena mampu
mencegah disintegrasi yang telah terjadi sejak masa Marwan. Abdul Malik
berhasil menyempurnakan administrasi Bani Umayah. Ia juga mengadakan berbagai
pembaruan, diantaranya penetapan bahasa negara yaitu bahasa Arab, mencetak mata
uang Arab dengan nama dinar, dirham, dan fals, mendirikan kas negara,
menggunakan tanda titik dan koma untuk yang pertama kalinya, serta memperbarui
qawa’id yang sudah dimulai sejak zaman Khalifah Ali bin Abi Thalib.[3]
Masa penggantinya, Walid 1 merupakan periode
kemenangan, kemakmuran, dan kejayaan. Negara Islam meluas ke barat ke timur,
beban hidup masyarakat mulai ringan, pembangunan gedung-gedung umum mendapat
perhatian yang serius. Untuk mengkaji Al-Qur’an dan hadist dibangun pusat-pusat
kajian Islam di Mekah, Madinah, Basra, Kufah,dan tempat-tempat lain.
4.Keruntuhan Bani Umayah
Kejayaan Bani Umayah berakhir pada masa pemerintahan
Umar ibn Abdul Aziz ( Umar II ) . Dia terpelajar dan taat beragama. Dia juga
merupakan pelopor penyebaran agama Islam. Beberapa sejarawan mengatakan
pemerintahannya termasyhur seperti pemerintahan ortodoks, yaitu pada masa
pemerintahan Abu Bakar dan Umar. Akan tetapi pemerintahannya hanya bertahan
selama 2 tahun 5 bulan.
Sepeninggalan Umar II kekhalifahan mulai melemah dan
akhirnya hancur. Para khalifah pengganti Umar II selalu mengorbankan
kepentingan umum untuk kesenangan pribadi. Saat Umar II berkuasa dengan
kebijakan yang lunak dan bersahabat, baik Khawarij maupun Syi’ah tidak ada yang
memusuhinya karena kesalehan dan keadilan yang diterapkan oleh Umar II.
Kelonggaran kebijakan polotik ini dimanfaatkan oleh Bani Abbasiyah. Mereka
keluar dari bawah tanah dan berkomunikasi sesama anggota gerakan Abbasiyah
maupun dengan Syi’ah dan Khawarij yang sejak kelahiran Umayah tidak pernah mengakui
sebagai khalifah atau kekuatan politik yang sah dan islami. Setelah Umar II
wafat mereka segera melancarkan permusuhan dengan Dinasti Umayah. Hingga
akhirnya terjadi pertempuran diantara keduanya. Pertempuran terakhir terjadi
pada tahun 750 M yang terjadi di Irak. Tidak lama kemudian Damaskus jatuh
ketangan kekuasaan Bani Abbasiyah.
5.
Fakto-Faktor Penyebab Keruntuhan Bani Umayah
Berikut ini adalah beberapa alasan mendasar mengenai
kehancuran Dinasti Umayah. Kekuasaan wilayah yang sangat luas pada waktu yang
sangat singkat tidak berbanding lurus dengan komunikasi yang baik, menyebabkan
kadang-kadang situasi keamanan dan
kejadian-kejadiannya tidak segera diketahui oleh pusat. Akibat komunikasi yang
buruk maka sulit untuk mendeteksi gerak-gerik lawan politik Umayah.
Kelemahan khalifah juga menjadi penyebab keruntuhan
Umayah. Dari 14 khalifah hanya beberapa saja yang memiliki kedudukan kuat,
cakap, dan pandai mengendalikan negara. Sebagai contoh setelah wafatnya Umar
II, putera Abdul Malik, yazid II naik tahta yang sangat mencintai seorang
penari dan suka minum-minuman keras yang berlebihan.
Islam yang dibawa oleh nabi sebagai perdamaian
dunia, pada zaman Umayah justru dijadikan alat dan simbol politik. Hal ini
menyebabkan selalu muncul konflik antargolongan. Para wazir dan panglima sudah
mulai korup dan mengendalikan negara. Khalifah-khalifah lemah menjadi permainan
mereka. Perselisihan antara putera mahkota serta perselisiahn diantara gubernur
juga menjadi sebab-sebab lain yang membawa Daulah Umayah keambang kehancuran.
C. PENUTUP
Demikian
kekuasaan Islam dalam kepemimpinan Bani Umayah di Timur. Meskipun berlangsung
dalam pembentukan monarchi Arab dengan mengandalkan panglima-panglima Arab
lapisan aristrokrasi yang sesungguhnya berlawanan dengan kebijaksanaan Nabi dan
para khalifah sebelumnya, bagaimanapun ia telah memperkenalkan dan
memperkembangkan lembaga-lembaga istimewa dari pemerintahan Islam. Hal demikian
didukung pula oleh sumbangan para khalifahnya terhadap pembentukan dan
pengembangan peradaban Islam, sekalipun belum cukup sebanding dengan kegiatan
kebudayaan yang dibangun oleh pemerintahan Islam sesudahnya, Daulah Abbasiyah,
yang berhasil mengembangkan kebudayaan terbesar dalam perkembangan peradaban
Islam itu. Hal ini barangkali karena selama pemerintahan Umayah seringkali
dilanda konflik-konflik internal umat Islam yang muncul dari akibat
perselisiahan politik antargolongan umat Islam sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Maryam, Siti. 2002. Sejarah Peradaban
Islam. Yogyakarta : Lesfi
Karim, M abdul. 2007. Sejarah Pemikiran
dan Peradaban Islam. Yogyakarta : Pustaka Book Publisher